Pengamat: Pertukaran timah bipolar membingungkan pembeli

Jakarta TRIBUNNEWS.COM-Timah merupakan komoditas strategis dan andalan ekspor hasil tambang Indonesia.

Permintaan timah dunia sekitar 200.000 ton per tahun, dan Indonesia berkontribusi 40%, atau sekitar 80.000 ton per tahun.

Pada tahun 2020, harga timah terus turun di bawah US $ 15.000 per ton, lebih rendah US $ 5.000 per ton dari hari perdagangan sebelumnya, dan dapat menyebabkan negara mengalami kerugian devisa sebesar US $ 400 juta. Di penghujung tahun 2019, Mendag memerintahkan BAPPEBTI mengizinkan 3 negara selain BEJ (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia) JFX (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia) untuk berpartisipasi dalam perdagangan timah.

Baca: Kementerian Agama mengizinkan sekolah menggunakan BOS dan Dana BOP Cegah Corona

baca: Pembaruan Harga HP Realme Maret 2020, Seri Realme 6 Pro Terbaru Dibekali Chipset Snapdragon 720G

Pengamat Perdagangan Asia Tenggara Abi Rekso mengungkapkan bahwa ia membagikan kesepakatan perdagangan timah Indonesia di Indonesia Di penghujung tahun 2019, Menteri Perdagangan Engal membatalkan Peraturan Nomor 32 / M-DAG / Per / 6/2013 tentang Ekspor. Tempat terjadinya dualisasi perdagangan timah di Indonesia Ketika perdagangan timah bipolar terjadi di Indonesia, banyak pembeli yang bingung dengan politik. Di saat yang sama, pembeli timah Indonesia semakin beralih ke pasar timah Singapura.

Abi menyarankan agar pemerintahan Jokowi memperhatikan harga timah dan melanjutkan pekerjaan. Jika tidak ingin harga timah Indonesia terus turun di pasar dunia. “Presiden Jokovy harus mengkaji ulang kebijakan dua bursa perdagangan timah Indonesia.” Selain itu, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32 / M-DAG / Per / 6/2013 tentang ekspor timah harus diberlakukan kembali. Karena itu, seiring dengan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap pembeli timah, harga timah Indonesia bisa kembali pulih, “ujarnya dalam siaran pers, Jumat (27/3).

Dua bursa muncul, dan ternyata sudah break. (Menghancurkan) harga patokan dan menyebabkan harga timah turun. Oleh karena itu, akibat turunnya kepercayaan asing di pasar Indonesia, perdagangan timah Indonesia di pasar sekunder di Singapura meningkat tajam, meningkat sekitar 100% pada paruh pertama tahun 2019.-Singapore II Peningkatan transaksi di pasar sekunder juga telah menyebabkan peningkatan risiko perdagangan timah murni batangan di Indonesia.Peserta pasar timah terutama end user lebih memilih untuk membeli timah dari Indonesia melalui Singapura, karena Indonesia dinilai terkait dengan hukum perdagangan timah murni batangan. Kepastiannya lemah. — Meningkatnya risiko negara juga menurunkan kedaulatan Indonesia untuk menetapkan harga timah dan menurunkan kepercayaan global terhadap Indonesia. Di saat yang sama, Reza Priyambada dari Hubungan Investor IPCC meyakini bahwa penurunan harga timah adalah Akibat penurunan permintaan pasar, karena timah merupakan bahan baku untuk produksi seperti produk elektronik, kekacauan pasar produk elektronik atau produk timah akan berdampak langsung ke Indonesia.

Berita ini disiarkan di KONTAN dengan tajuk: Observer: Bipolar Pertukaran timah membingungkan pembeli

Leave a Comment

download s128 apk_s128 apk_adu ayam saigon